Home Daftar Isi

Menaksir Bobot Badan Sapi Tanpa Alat Timbang

Komoditas Ternak sapi merupakan ternak yang banyak diusahakan oleh penduduk di Bali khususnya di Kabupaten Klungkung, populasi ternak sapi sampai tahun 2010 sejumlah 44.724 ekor yang tersebar di empat kecamatan yaitu Banjarangkan (9.309 ekor), Klungkung (6.556 ekor), Dawan (4.724 ekor) dan Kecamatan Nusa Penida (24.135 ekor). Dari data tersebut jelaslah bahwa ternak sapi memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan ekonomi keluarga.

Seiring dengan meningkatnya jumlah peternak sapi serta sapi peliharaannya, pengetahuan peternak hendaknya juga harus ditingkatkan. Kenyataan dilapangan banyak peternak yang hanya mengandalkan pengetahuan tradisional turun temurun dalam usahanya, sehingga hasil yang diperoleh belum optimal. Hal ini banyak menimbulkan peternak semakin enggan dalam menjalankan usahanya akibatnya pemeliharaan dilakukan hanya sekedarnya.

Salah satu pengetahuan yang penting dimiliki oleh peternak ialah cara menaksir bobot badan sapi saat membeli ataupun sebelum dijual sehingga tidak mengalami kerugian. Sebenarnya bobot badan ternak sapi dapat diketahui dengan jalan melakukan penimbangan dengan timbangan, namun alat timbangan cukup berat dan harganyapun mahal.

Namun ternyata cukup dengan seutas tali, bobot ternak, berikut karkas (potongan daging tulang) dan bahkan dagingnya bisa ditentukan.

Bila dicermati, penampang tubuh sapi menyerupai bentuk tabung. Mencari volume tabung harus diketahui luas alas dan tinggi. Dalam hal ini, lingkar dada hewan dapat diasumsikan sebagai luas alas bangun lingkaran dan panjang badan sebagai tinggi.

Lingkar dada diperoleh dengan melingkarkan seutas tali di belakang gumba melalui belakang belikat. Sementara panjang badan diukur dari bahu hingga penonjolan tulang duduk. Dengan memperhatikan volume organ kepala, kaki, ekor, dan massa jenis daging atau jeroan bakal diperoleh pendekatan untuk memperoleh berat hewan sebenarnya.

Melalui berbagai percobaan, Schoorl menemukan rumus untuk mengetahui berat badan dengan cukup mengetahui satu komponen, yakni lingkar dada. Rumus itu dinamai namanya sendiri rumus Schoorl yaitu Bobot Badan (kg) = {lingkar dada (cm) + 22} dikuadratkan dibagi 100.

Sementara Scheiffer mengadopsi rumus tabung dengan menampilkan formula, yakni Bobot Badan (lubels) = {lingkar dada (inchi) kuadrat x panjang badan} (inchi) dibagi 300. Rumus ini disesuaikan oleh Lambourne dengan mengonversi ke dalam satuan yang cocok dengan kehidupan masyarakat kita, yakni Bobot Badan (kg) = {lingkar dada (cm) kuadrat x panjang badan (cm)} dibagi 10840.

Sejumlah peneliti mencoba membuktikan keakuratan rumus-rumus itu diuji-cobakan terhadap beberapa kelompok sapi antara bobot taksir dan bobot timbangan. Hasilnya rumus Scheiffer dan Lambourne lebih mendekati berat real sapi sebenarnya dengan tingkat kesalahan di bawah 10 persen. Sedangkan rumus Schoorl tingkat kesalahannya mencapai 22,3 persen.

Perbedaan perhitungan berat pada mahluk hidup adalah wajar, karena bobot hewan sangat dipengaruhi situasi dan kondisi lingkungan, yakni gelisah (stress), habis makan, banyak minum atau baru buang feses. Hewan yang ditimbang sekalipun, akibat buruk perlakuan dan pengangkutan dapat menyebabkan susut tubuh 5-10%.

Dengan memperoleh angka taksiran bobot hidup, maka persentase karkas dan daging dapat segera diketahui. Karkas sapi berkisar 47-57 persen dari bobot hidupnya dan daging 75 persen dari karkas. Karkas adalah potongan daging tulang tanpa kepala, kaki, kulit dan jeroan.


Share On:

Artikel Terkait ,

2 comments: