Masa depan minyak dan gas bumi Indonesia ada di bagian timur nusantara, terkubur di cekungan-cekungan hidrokarbon laut dalam. Fatih Birol, chief economist dari International Energy Agency (IEA), dalam sebuah kesempatan mengatakan proyek proyek laut dalam ini akan mengantarkan Indonesia kepada “a golden age of gas”.
Namun, satu yang pasti, masa depan menjanjikan ini tidak akan pernah terwujud apabila potensi tersebut tetap terpendam tidak dikembangkan. Indonesia Deep Water Development atau lebih dikenal dengan nama IDD merupakan salah satu proyek strategis laut dalam yang pengembangannya sedang dinanti nantikan oleh Indonesia. Proyek ini dikerjakan oleh Chevron Indonesia Company melalui empat production sharing contract (PSC) yaitu: PSC Ganal, Rapak, Makassar Strait, dan Muara Bakau. Terdapat lima lapangan gas yang akan dikembangkan, yaitu Bangka, Gehem, Gendalo, Maha dan Gandang. Cadangan gas dari lapangan-lapangan tersebut sangat menjanjikan, namun pengembangannya penuh tantangan. Di luar kompleksitas teknisnya, proses tender proyek IDD ini sedang diperiksa oleh Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU).
Kepala BPMIGAS R. Priyono menegaskan proses di KPPU tidak perlu sampai menghentikan pengembangan IDD mengingat strategisnya proyek ini. Menurutnya, KPPU perlu diberitahukan bahwa mungkin saja ada masalah, tetapi jangan sampai menyetop proyek ini. “Karena satu hari mundur, pemerintah bisa kehilangan puluhan miliar rupiah,” ujar Priyono dalam kunjungan kerja ke Terminal Santan, terminal pengolahan minyak dan gas yang dioperasikan oleh Chevron Indonesia Company di Kalimantan Timur, awal Januari lalu.
Priyono menambahkan nilai investasi proyek ini diperkirakan berkisar antara US$ 4 sampai 7 miliar, sehingga penundaan pelaksanaan proyek ini bisa merugikan semua pihak. “Tahun ini harus mulai proses tender dan eksekusi pemenang. Proyek ini jangan sampai terhenti, nilainya terlalu mahal,” ujarnya.
Chevron sudah menyampaikan rencana pengembangan proyek ini. Menurut Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) ini, proyek IDD akan mengembangkan 28 sumur bawah laut di lima lapangan yang terintegrasi melalui dua floating production unit (FPU) hub dan satu subsea tie-back. Dua FPU hub tersebut adalah Hub Gendalo yang merupakan fasilitas yang akan mengintegrasikan Lapangan Gendalo, Maha, dan Gandang di kedalaman 2.200 sampai 5.600 kaki dan Hub Gehem yaitu fasilitas produksi Lapangan Gehem di kedalaman 6.000 kaki. Sementara Lapangan Bangka di kedalaman 3.200 kaki akan menjadi subsea tie back ke FPU West Seno yang sudah ada dan dioperasikan oleh Chevron.
Dalam pemaparannya, Chevron menyampaikan bahwa perusahaan tersebut mengharapkan final investment decision (FID) untuk Lapangan Bangka bisa dibuat di tahun 2013, sedangkan FID untuk Hub Gendalo dan Gehem setahun kemudian. Lapangan Bangka diharapkan mulai menghasilkan gas di tahun 2015, sedangkan produksi di Hub Gendalo dan Gehem masing masing diharapkan bisa terwujud di tahun 2017 dan 2018. “Proses yang paling kritikal dari proyek ini adalah mendapatkan rig dan membuat kesepakatan mengenai seluruh aspek komersial,” ujar President Chevron Indonesia Company, Jeff Shellebarger. Saat ini beberapa progress penting telah dibuat oleh proyek ini. Front-end engineering design (FEED) untuk Lapangan Bangka telah selesai pada Desember 2011, sedangkan FEED untuk Gendalo-Gehem diharapkan bisa rampung pada April tahun ini.
Chevron juga sudah mengumumkan pelaksanaan prakualifikasI pelelangan konstruksi terintegrasi untuk FPU Gendalo Gehem. Terlepas dari progres signifikan yang sudah dibuat, serangkaian proses penting masih harus dilalui untuk bisa benarbenar memulai proyek raksasa ini. Chevron menyampaikan sejumlah persetujuan yang dibutuhkan sebelum perusahaan membuat final investment decision (FID).
Diantara persetujuan tersebut adalah penunjukan atau resolusi mengenai partisipan Indonesia di PSC Ganal/Rapak, perpanjangan terhadap production sharing contract di Selat Makasar, dan persetujuan BPMIGAS akan revisi terhadap rencana pengembangan atau plan of development (POD) proyek IDD jika memang diperlukan. BPMIGAS menegaskan komitmennya untuk mendukung proyek ini mengingat kondisi dalam negeri yang sangat membutuhkan sumber energi, terutama gas, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Priyono mengatakan saat ini daya beli domestik terus meningkat sehingga industry dalam negeri pun sudah mampu membeli gas dengan harga yang lebih tinggi. “Kita berharap proyek ini akan ekonomis dan memberikan profit baik bagi investor maupun pemerintah,” ujarnya
Namun, satu yang pasti, masa depan menjanjikan ini tidak akan pernah terwujud apabila potensi tersebut tetap terpendam tidak dikembangkan. Indonesia Deep Water Development atau lebih dikenal dengan nama IDD merupakan salah satu proyek strategis laut dalam yang pengembangannya sedang dinanti nantikan oleh Indonesia. Proyek ini dikerjakan oleh Chevron Indonesia Company melalui empat production sharing contract (PSC) yaitu: PSC Ganal, Rapak, Makassar Strait, dan Muara Bakau. Terdapat lima lapangan gas yang akan dikembangkan, yaitu Bangka, Gehem, Gendalo, Maha dan Gandang. Cadangan gas dari lapangan-lapangan tersebut sangat menjanjikan, namun pengembangannya penuh tantangan. Di luar kompleksitas teknisnya, proses tender proyek IDD ini sedang diperiksa oleh Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU).
Kepala BPMIGAS R. Priyono menegaskan proses di KPPU tidak perlu sampai menghentikan pengembangan IDD mengingat strategisnya proyek ini. Menurutnya, KPPU perlu diberitahukan bahwa mungkin saja ada masalah, tetapi jangan sampai menyetop proyek ini. “Karena satu hari mundur, pemerintah bisa kehilangan puluhan miliar rupiah,” ujar Priyono dalam kunjungan kerja ke Terminal Santan, terminal pengolahan minyak dan gas yang dioperasikan oleh Chevron Indonesia Company di Kalimantan Timur, awal Januari lalu.
Priyono menambahkan nilai investasi proyek ini diperkirakan berkisar antara US$ 4 sampai 7 miliar, sehingga penundaan pelaksanaan proyek ini bisa merugikan semua pihak. “Tahun ini harus mulai proses tender dan eksekusi pemenang. Proyek ini jangan sampai terhenti, nilainya terlalu mahal,” ujarnya.
Chevron sudah menyampaikan rencana pengembangan proyek ini. Menurut Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) ini, proyek IDD akan mengembangkan 28 sumur bawah laut di lima lapangan yang terintegrasi melalui dua floating production unit (FPU) hub dan satu subsea tie-back. Dua FPU hub tersebut adalah Hub Gendalo yang merupakan fasilitas yang akan mengintegrasikan Lapangan Gendalo, Maha, dan Gandang di kedalaman 2.200 sampai 5.600 kaki dan Hub Gehem yaitu fasilitas produksi Lapangan Gehem di kedalaman 6.000 kaki. Sementara Lapangan Bangka di kedalaman 3.200 kaki akan menjadi subsea tie back ke FPU West Seno yang sudah ada dan dioperasikan oleh Chevron.
Dalam pemaparannya, Chevron menyampaikan bahwa perusahaan tersebut mengharapkan final investment decision (FID) untuk Lapangan Bangka bisa dibuat di tahun 2013, sedangkan FID untuk Hub Gendalo dan Gehem setahun kemudian. Lapangan Bangka diharapkan mulai menghasilkan gas di tahun 2015, sedangkan produksi di Hub Gendalo dan Gehem masing masing diharapkan bisa terwujud di tahun 2017 dan 2018. “Proses yang paling kritikal dari proyek ini adalah mendapatkan rig dan membuat kesepakatan mengenai seluruh aspek komersial,” ujar President Chevron Indonesia Company, Jeff Shellebarger. Saat ini beberapa progress penting telah dibuat oleh proyek ini. Front-end engineering design (FEED) untuk Lapangan Bangka telah selesai pada Desember 2011, sedangkan FEED untuk Gendalo-Gehem diharapkan bisa rampung pada April tahun ini.
Chevron juga sudah mengumumkan pelaksanaan prakualifikasI pelelangan konstruksi terintegrasi untuk FPU Gendalo Gehem. Terlepas dari progres signifikan yang sudah dibuat, serangkaian proses penting masih harus dilalui untuk bisa benarbenar memulai proyek raksasa ini. Chevron menyampaikan sejumlah persetujuan yang dibutuhkan sebelum perusahaan membuat final investment decision (FID).
Diantara persetujuan tersebut adalah penunjukan atau resolusi mengenai partisipan Indonesia di PSC Ganal/Rapak, perpanjangan terhadap production sharing contract di Selat Makasar, dan persetujuan BPMIGAS akan revisi terhadap rencana pengembangan atau plan of development (POD) proyek IDD jika memang diperlukan. BPMIGAS menegaskan komitmennya untuk mendukung proyek ini mengingat kondisi dalam negeri yang sangat membutuhkan sumber energi, terutama gas, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Priyono mengatakan saat ini daya beli domestik terus meningkat sehingga industry dalam negeri pun sudah mampu membeli gas dengan harga yang lebih tinggi. “Kita berharap proyek ini akan ekonomis dan memberikan profit baik bagi investor maupun pemerintah,” ujarnya
No comments:
Post a Comment