Home Daftar Isi

Jangan Overestimit SEO

Pilihan kata overestimit muncul dari kebiasaan saya nonton Empat Mata yang kemudian berubah menjadi Bukan Empat Mata, dimana Tukul sering menyebut kata underestimate dengan anderestimit. Kadang saya sedih liat dia. Saya yakin dia itu pinter, jauh di atas rata-rata kita. Tapi justru menjadi kaya dengan berpura-pura bodoh. Ya tapi emang ditunjang tampang juga sih. Heheh.

Dalam eforia SEO yang semakin panas saat ini, dalam diskusi dengan teman-teman, saya sangat rajin mengingatkan bahwa SEO itu hanya bagian kecil dari sebuah bisnis online yang sukses. Banyak yang mencibiri pendapat saya. Ya terserah, bebas koq. Pengalaman memberi saya dasar yang kuat untuk hal yang satu itu.

Saya tidak mengatakan SEO itu tidak penting. Sangat penting. Tapi bukan satu-satunya yang penting. Sama seperti sebiji ban. Tanpa bagian-bagian lain, ban cuman bisa nggelinding tok. Tapi tanpa ban, biar mobilnya Ferrari ya tetep nggak jalan. Secara filosofis, online marketing tidak ada bedanya dengan pemasaran tradisional. Produk ya tetep produk. Harga ya tetep harga. Website yang cantik sama dengan toko yang bagus. Website yang intuitif sama dengan penataan toko yang baik. Copywriting yang baik sama dengan SPG yang informatif. SEO yang sukses sama dengan lokasi toko yang strategis.

Kecuali anda seorang konsultan SEO, yang dapet duit kalo website clientnya dapet ranking bagus, kan ujung-ujungnya duit. Ranking bagus baru satu langkah saja, yang akan sia-sia tanpa sinergi yang baik dengan faktor-faktor lain yang juga dijalankan dengan kualitas yang sama. Katakanlah SEO anda sukses, anda memiliki ranking #1 di Google dengan keyword yang relevan dengan website anda. Bayangkan kemungkinan-kemungkinan berikut:

1. Orang liat website anda, paling atas di SERP (search engine’s result page) Google. Dia baca judul dan deskripsinya. Nggak menarik … pergi ke website lain.

2. Orang tertarik setelah membaca judul dan deskirpsinya. Masuk ke website anda, tapi websitenya jelek, nggak menarik, norak … balik lagi ke SERP, nyari website lain.

3. Websitenya cantik, orang suka, dia mulai nyari-nyari produk yang dia butuhkan, tapi dia kebingungan nyari produk yang dia butuhkan, website tidak intuitif … balik lagi ke SERP, nyari website lain.

4. Orang bisa dengan mudah nemu produk yang dia cari, tapi fotonya burem, keterangannya nggak jelas … balik lagi ke SERP, nyari website lain.

5. Fotonya bagus, keterangannya jelas, dia mau barang yang itu, tapi koq harganya kemahalan … balik lagi ke SERP, nyari website lain.

6. Harga cocok, dia mau beli, tapi ternyata alamat fisik anda berada di Indonesia, negara yang sangat terkenal dengan kejahatan perbankan. Nggak bisa bayar pake kartu kredit pula, musti transfer, ribet … balik lagi ke SERP, nyari website lain.

7. Gampang bayar, pake PayPal beres … pengirimannya lambat karena satu dan lain hal … dia reclaim pembayarannya di Paypal lalu balik lagi ke SERP, nyari website lain.

8. Kirim cepet, orangnya langsung terima, tapi ternyata kualitas barangnya sangat buruk, mengecewakan … dia reclaim pembayarannya di Paypal lalu balik lagi ke SERP, nyari website lain.

Anda bisa liat sendiri, ada begitu banyak langkah dimana hasil akhir yang kita tuju, penjualan, bisa gagal, meskipun SEO kita sukses. Ada banyak orang yang terbius SEO, belajar mati-matian, dilaksanakan habis-habisan, akhirnya dapat ranking yang bagus, kemudian kecewa karena ternyata nggak jadi duit.

Tulisan ini saya hadiahkan buat temen saya Keke yang sedang menyelenggarakan SEO BootCamp di Bali. Melalui MarketBiz banyak yang bilang dia guru SEO-nya Bali, malah Indonesia. Banyak muridnya yang sukses. Tapi mungkin banyak juga yang kecewa, karena setelah sukses dengan SEO sesuai pelajaran Pak Guru, koq ya nggak jadi duit.


Share On:

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment