Sebagai seorang ulama besar dan ternama, karya Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) selalu mampu mencerahkan hati dan pikiran pembaca sepanjang masa. Karyanya tidak hanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan agama, tetapi Buya Hamka melalui kreativitas olah pikirnya yang dalam juga mampu menuangkan pemikirannya dalam ranah kesusasteraan dan filsafat. Dengan gaya penulisan yang mengalir, melalui contoh-contoh deskripsi yang hidup, karya Buya Hamka begitu renyah untuk dinikmati para pembaca.
Ketika pertama kali pergi ke Mekah untuk berguru kepada Syaikh Ahmad
Khatib Minangkabauwi, Haji Rasul menetap di negeri itu selama tujuh tahun
(1894-1901). Sekembali ke kampung halaman, beliau dilantik sebagai “putera
mahkota” Tuanku Kisa-i dengan diberi gelar Tuanku Syeikh Nan Mudo.
Bersamaan dengan itu, ayahnya pun mendapat gelar Tuanku Syeikh Nan Tuo.
Di antara murid-murid Tuanku Pariaman, terdapat seorang ulama terkenal asal Nagari Danau (Maninjau) bernama Abdullah Saleh yang kemudian menjadi penguasa di Guguk Katur sehingga digelari Tuanku Syaikh Guguk Katur. Abdullah Saleh dikawinkan dengan puteri Tuanku Pariaman bernama Siti Saerah. Buah perkawinan mereka adalah Amrullah dan Bayanullah.
Tuanku Pariaman adalah seorang panglima perang Tuanku Imam Bonjol di masa perang melawan penjajah Belanda yang dikenal sebagai “Perang Paderi” (1821-1837). Dia seorang ulama dari Pauh Pariaman bernama Abdullah Arif yang datang ke Minangkabau dan bergiat dalam dakwah di “Ampat Koto Agam” yakni Koto Tuo, Koto Gadang, Bangka, dan Guguk. Tuanku Pariaman semula tidak tertarik melibatkan diri dalam konflik melawan Belanda yang telah dikobarkan Kaum Paderi, di bawah komando Tuanku Nan Renceh.
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal sebagai Hamka, lahir 16 Februari 1908 di Ranah Minangkabau, Desa Kampung Molek, Nagari Sungai Batang, di tepian danau Maninjau,
Luhak Agam, Sumatera Barat. Nama kecilnya adalah Abdul Malik, sedangkan
Karim berasal dari nama ayahnya, Haji Abdul Karim dan Amrullah adalah
nama dari kakeknya, Syeikh Muhammad Amrullah.
Kitab Tauhid 1 oleh: Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al fauzan
Penyimpangan dari aqidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan. Karena aqidah yang benar merupakan motivator utama bagi amal yang bermanfaat. Tanpa aqidah yang benar seseorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan dan keragu-raguan yang lama-kelamaan mungkin menumpuk dan menghalangi dari pandangan yang benar terhadap jalan hidup kebahagiaan, sehingga hidupnya terasa sempit lalu ia ingin terbebas dari kesempitan tersebut dengan menyudahi hidup, sekali pun dengan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi pada banyak orang yang telah kehilangan hidayah aqidah yang benar.
Kitab Tauhid 1
Oleh : Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan
Aqidah Secara Etimologi
Aqidah berasal dari kata 'aqd yang berarti pengikatan. Kalimat "Saya ber-i'tiqad begini" maksudnya: saya mengikat hati terhadap hal tersebut.
Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan "Dia mempunyai aqidah yang benar" berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.
Komoditas Ternak sapi merupakan ternak yang banyak diusahakan oleh penduduk di Bali khususnya di Kabupaten Klungkung, populasi ternak sapi sampai tahun 2010 sejumlah 44.724 ekor yang tersebar di empat kecamatan yaitu Banjarangkan (9.309 ekor), Klungkung (6.556 ekor), Dawan (4.724 ekor) dan Kecamatan Nusa Penida (24.135 ekor). Dari data tersebut jelaslah bahwa ternak sapi memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan ekonomi keluarga.