Author: Hasan Nasbi
Perang sesama saudara di Palestina sudah pecah. Ini bukan lagi sekadar bentrok kecil di jalanan antara milisi Fatah dengan Hamas, melainkan sudah berkobar menjadi perang. Dua wilayah yang menjadi otoritas Palestina (Tepi Barat dan Jalur Gaza) sudah berubah menjadi ajang bertukar peluru, mortir, dan roket di antara sesama pejuang Palestina.
Gaza adalah basis Hamas. Di sini mereka dengan mudah menaklukan Milisi fatah. meski punya lebih banyak senjata dan uang, mental bertempur Fatah tidak sekuat Hamas. Makanya 600 milisi fatah yang mempertahankan markas besar mereka di Gaza terpaksa menyerah kepada 200 pasukan bertopeng Hamas. Hamas tidak perlu mengerahkan seluruh kekuatan untuk melibas Fatah. Hari ini, seluruh sudut dan jalanan Gaza adalah milik pasukan Hamas.
Lain halnya di Tepi Barat. Di sini posisi Fatah lebih unggul. Mereka tentu saja berusaha membalas kekalahan dari Hamas. Namun, belum jelas, apakah Hamas benar-benar takluk di daerah ini. Rasanya, tidak begitu mudah. Meskipun sedikit, Hamas punya militansi yang tak bisa dilawan pasukan Fatah. Kita lihat saja hasilnya.
Tapi norak, tiba-tiba PBB ingin menempatkan pasukan perdamaian di Palestina. Sebab , pertempuran itu dikhawatirkan makin meluas dan akan menimbulkan korban yang lebih banyak lagi. Eit.. tungu dulu Pak PBB! Kenapa tiba-tiba anda seperti orang baik yang ingin menempatkan pasukan perdamaian di sana? Sementara lebih dari setengah abad Israel mencapolok wilayah Palestina anda biarkan saja?
Wah, tuan PBB yang menjadi kepanjangan tangan polisi dunia sepertinya mendapatkan momentum untuk masuk secara resmi ke Palestina. Atau jangan-jangan momentum ini justru sengaja diciptakan berhubung pemerintahan Hamas belum juga tumbang meskipun sudah diembargo dan diisolasi sejak Februari 2006. Dan memang, karena pasukannya keteteran, Presiden Mahmoud Abbas sudah menyatakan ingin membubarkan pemerintahan. Tidak tertutup kemungkinan sebentar lagi dia juga akan meminta pasukan asing ditempatkan di negerinya.
Konflik Hamas-Fatah adalah konflik dalam negeri. Memang, mungkin saja ada campur tangan pihak luar dalam konflik itu supaya menguntungkan Israel dan sekutunya. Tetapi tetap saja, itu adalah konflik sesama warga negara Palestina. Idealnya, jika itu murni konflik internal, terlepas dari seberapa besar sumber daya yang mereka perebutkan, mereka akan sampai pada satu titik penyelesaian. Berdasarkan teori struktural fungsional, konflik akan menjadi gangguan keseimbangan sebuah sistem sosial. Namun, sistem sosial itu juga akan mencari cara sendri untuk mencapai keseimbangan baru. Bila dua orang anak berkelahi, tidak akan bermusuhan dalam jangka waktu yang lama. Mereka akan segera menemukan momentum untuk berdamai. Namun, jika ada orang lain yang selalu memanas-manasi, misalnya orang tua, bisa jadi hubungan kedua anak itu akan lebih sulit untuk diperbaiki.
Konflik internal idealnya berada dalam tingkatan dialektika persatuan dari segi-segi yang bertentangan. Atau dengan kata lain, konflik yang masih bisa selesai dengan negosiasi. Ini sudah mereka coba satu tahun terakhir. Jika saja tidak diisolasi dunia, problemnya tidak akan serumit ini. Persatuan dari segi-segi yang bertentangan masih cukup logis jika mereka tidak harus menghadapi tangan2 asing yang mengacak-acak pemerintahan melalui segala cara. Penyelesaian itu bisa saja berupa konsensus bersama karena sudah sama-sama kelelahan.
Hanya saja, bila konflik sudah tidak mungkin didamaikan lagi, mereka berada dalam posisi negasi daar negasi. Mereka harus saling membinasakan. Saat satu kelompok bisa membungkam habis kelompok lainnya, maka perdamaian baru bisa terwujud. Dalam konteks ini, perang adalah jalan yang logis. Ini mirip dalam kasus separatisme seperti PRRI dan Permesta atau kasus DI-TII. Harus ada yang binasa agar sebuah negara bisa fokus untuk menjalankan perannya.
Jadi, untuk saat ini, biarkan Hamas dan Fatah berperang. Mereka akan sampai pada penyelesaiannya sendiri. Pasukan internasional untuk perdamaian adalah adalah penipuan. Pasukan itu nanti tidak lebih dari sebuah tentara pendudukan. Apalagi PBB hanyalah boneka kepentingan AS. Pasukan perdamaian yang akan dikirm ke Palestina tidak lebih dari kendaraan Agen Spionase dan konspirasi yang akan melucuti kekuatan anti- AS dan Israel. Lalu, kekuatan itu diganti dengan boneka yang lebih ramah terhadap Israel dan AS. Korban kemanusiaan tidak akan berhenti dengan campur tangan asing. Sebab, niscaya campur tangan itu tidak ada yang benar-benar tulus. Malah korban kemanusiaan akan terus berlanjut, malah mungkin saja lebih besar. Sebab, musuh bangsa Palestina akan bertambah, yaitu Bangsa Israel dan juga pasukan perdamaian. Sekarang, biarkan saja mereka selesaikan pertempuran di dalam negeri. Setelah itu, mereka harus bersiap melakukan pertempuran yang lebih besar dengan Israel.
Selamat berperang Hamas dan Fatah,
Perang sesama saudara di Palestina sudah pecah. Ini bukan lagi sekadar bentrok kecil di jalanan antara milisi Fatah dengan Hamas, melainkan sudah berkobar menjadi perang. Dua wilayah yang menjadi otoritas Palestina (Tepi Barat dan Jalur Gaza) sudah berubah menjadi ajang bertukar peluru, mortir, dan roket di antara sesama pejuang Palestina.
Gaza adalah basis Hamas. Di sini mereka dengan mudah menaklukan Milisi fatah. meski punya lebih banyak senjata dan uang, mental bertempur Fatah tidak sekuat Hamas. Makanya 600 milisi fatah yang mempertahankan markas besar mereka di Gaza terpaksa menyerah kepada 200 pasukan bertopeng Hamas. Hamas tidak perlu mengerahkan seluruh kekuatan untuk melibas Fatah. Hari ini, seluruh sudut dan jalanan Gaza adalah milik pasukan Hamas.
Lain halnya di Tepi Barat. Di sini posisi Fatah lebih unggul. Mereka tentu saja berusaha membalas kekalahan dari Hamas. Namun, belum jelas, apakah Hamas benar-benar takluk di daerah ini. Rasanya, tidak begitu mudah. Meskipun sedikit, Hamas punya militansi yang tak bisa dilawan pasukan Fatah. Kita lihat saja hasilnya.
Tapi norak, tiba-tiba PBB ingin menempatkan pasukan perdamaian di Palestina. Sebab , pertempuran itu dikhawatirkan makin meluas dan akan menimbulkan korban yang lebih banyak lagi. Eit.. tungu dulu Pak PBB! Kenapa tiba-tiba anda seperti orang baik yang ingin menempatkan pasukan perdamaian di sana? Sementara lebih dari setengah abad Israel mencapolok wilayah Palestina anda biarkan saja?
Wah, tuan PBB yang menjadi kepanjangan tangan polisi dunia sepertinya mendapatkan momentum untuk masuk secara resmi ke Palestina. Atau jangan-jangan momentum ini justru sengaja diciptakan berhubung pemerintahan Hamas belum juga tumbang meskipun sudah diembargo dan diisolasi sejak Februari 2006. Dan memang, karena pasukannya keteteran, Presiden Mahmoud Abbas sudah menyatakan ingin membubarkan pemerintahan. Tidak tertutup kemungkinan sebentar lagi dia juga akan meminta pasukan asing ditempatkan di negerinya.
Konflik Hamas-Fatah adalah konflik dalam negeri. Memang, mungkin saja ada campur tangan pihak luar dalam konflik itu supaya menguntungkan Israel dan sekutunya. Tetapi tetap saja, itu adalah konflik sesama warga negara Palestina. Idealnya, jika itu murni konflik internal, terlepas dari seberapa besar sumber daya yang mereka perebutkan, mereka akan sampai pada satu titik penyelesaian. Berdasarkan teori struktural fungsional, konflik akan menjadi gangguan keseimbangan sebuah sistem sosial. Namun, sistem sosial itu juga akan mencari cara sendri untuk mencapai keseimbangan baru. Bila dua orang anak berkelahi, tidak akan bermusuhan dalam jangka waktu yang lama. Mereka akan segera menemukan momentum untuk berdamai. Namun, jika ada orang lain yang selalu memanas-manasi, misalnya orang tua, bisa jadi hubungan kedua anak itu akan lebih sulit untuk diperbaiki.
Konflik internal idealnya berada dalam tingkatan dialektika persatuan dari segi-segi yang bertentangan. Atau dengan kata lain, konflik yang masih bisa selesai dengan negosiasi. Ini sudah mereka coba satu tahun terakhir. Jika saja tidak diisolasi dunia, problemnya tidak akan serumit ini. Persatuan dari segi-segi yang bertentangan masih cukup logis jika mereka tidak harus menghadapi tangan2 asing yang mengacak-acak pemerintahan melalui segala cara. Penyelesaian itu bisa saja berupa konsensus bersama karena sudah sama-sama kelelahan.
Hanya saja, bila konflik sudah tidak mungkin didamaikan lagi, mereka berada dalam posisi negasi daar negasi. Mereka harus saling membinasakan. Saat satu kelompok bisa membungkam habis kelompok lainnya, maka perdamaian baru bisa terwujud. Dalam konteks ini, perang adalah jalan yang logis. Ini mirip dalam kasus separatisme seperti PRRI dan Permesta atau kasus DI-TII. Harus ada yang binasa agar sebuah negara bisa fokus untuk menjalankan perannya.
Jadi, untuk saat ini, biarkan Hamas dan Fatah berperang. Mereka akan sampai pada penyelesaiannya sendiri. Pasukan internasional untuk perdamaian adalah adalah penipuan. Pasukan itu nanti tidak lebih dari sebuah tentara pendudukan. Apalagi PBB hanyalah boneka kepentingan AS. Pasukan perdamaian yang akan dikirm ke Palestina tidak lebih dari kendaraan Agen Spionase dan konspirasi yang akan melucuti kekuatan anti- AS dan Israel. Lalu, kekuatan itu diganti dengan boneka yang lebih ramah terhadap Israel dan AS. Korban kemanusiaan tidak akan berhenti dengan campur tangan asing. Sebab, niscaya campur tangan itu tidak ada yang benar-benar tulus. Malah korban kemanusiaan akan terus berlanjut, malah mungkin saja lebih besar. Sebab, musuh bangsa Palestina akan bertambah, yaitu Bangsa Israel dan juga pasukan perdamaian. Sekarang, biarkan saja mereka selesaikan pertempuran di dalam negeri. Setelah itu, mereka harus bersiap melakukan pertempuran yang lebih besar dengan Israel.
Selamat berperang Hamas dan Fatah,
No comments:
Post a Comment