Duplicate content merupakan praktek yang banyak dilakukan pada website, dan dalam kebanyakan kasus membawa pengaruh negatif pada ranking search engine. Meskipun search engine mungkin tidak secara langsung menjatuhkan penalti pada praktek duplikasi konten website ini, ada banyak celah dimana efek negatif akan timbul dari praktek ini.
Dalam event Search Marketing Expo (SMX) di New York, perwakilan tiga search engine utama yaitu Google, Yahoo, dan Bing memaparkan bagaimana teknologi masing-masing merespon fenomena duplicate content ini.
GOOGLE
Sebagai search engine paling populer, cara Google menangani duplicate content sudah banyak menjadi bahan diskusi. Joachim Kupke Sr. seorang software engineer pada tim indexing Google menyatakan bahwa Google memiliki infrastruktur yang komprehensif untuk mengeliminasi content duplication Beberapa diantaranya adalah:
Google menyatakan bahwa sistem pendeteksi elemen link kanonikal miliknya perjalan sangat baik. Sistem yang baru berumur kurang dari setahun ini terus berkembang sangat pesat dan membawa perubahan besar dalam cara Google mendeteksi elemen link kanonikal. Google mengingatkan banyaknya praktek yang salah dengan mengklasifikasikan 404 sebagai kanonikal karena praktek ini justru menyebabkan munculnya link relatif yang tidak semestinya. Penggunaan rel=”canonical” harus dihindari, deminian juga klasifikasi redirect permanen sebagai kanonikal.
Penandaan duplicate content dengan direktif disallow pada robots.txt harus dihindari karena menyebabkan deteksi duplicate content lebih sulit. Selain itu setting disallow 404 juga bukan merupakan praktek yang wajar. Perkecualian ada pada halaman login tanpa konten yang merupakan salah satu tempat dimana robot kemungkinan besar akan meninggalkan website.
Kupke menyatakan bahwa sistem kanonikal bisa berjalan, tetapi memakan waktu lebih banyak. “Sabar saja, pada saatnya kami akan mengikuti arahan kanonikal yang anda berikan”, katanya. Penghapusan bagian dari index yang sudah terekam memakan waktu lebih lama lagi dan menyebabkan duplicate content seperti berjalan dengan baik.
Dalam event SMX kali ini Google mengumumkan rencana implementasi sistem pendeteksi rel=”canonical” antar domain ppada tahun ini juga. Jadi jika Chicago Tribune memiliki artikel pada website New York Time dengan rel=”canonical” merujuk pada Chicago Tribune, maka Google hanya akan memberikan nilai bagi Chicago Tribune saja.
BING
Bing lebih memperhatikan tujuan dalam menangani duplicate content. Jika praktek duplicate content dianggap dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui seaech engine, maka website tersebut akan terkena penalty.
Sasi Parthasarathy, Program Manager Bing menyarankan untuk melakukan konsolidasi berbagai versi konten dalam satu URL saja. “Soal duplicate content, makin sedikit makin baik”, sarannya. Jika memungkinkan, gunakan satu URL untuk setiap pecahan informasi.
Sampai saat ini Bing belum memasukan elemen link kanonikal sebagai faktor penentuan ranking meskipun merencanakan untuk melalukannya di masa yang akan datang. Karena itu meskipun saat ini belum mempengaruhi ranking di Bing, praktek ini tetap disarankan. Bing mendapati peningkatan tajam dalam pemakaian tag kanonikal dalam 6 bulan terakhir sehingga adaptasi sistemnya masih mengalami kendala. Parthasarathy menyatakan 30% tag kanonikal merujuk pada domain yang sama dan 9% menggunakannya untuk merujuk pada domain lain. Situasi ini bisa jadi karena kesalahan biasa atau sesuatu yang disengaja dengan tujuan memanipulasi search engine.
Bing menganggap tag kanonikal sebagai saran, bukan arahan. “Pergunakan dengan bijaksana, bukan sebagai praktek manipulatif”, sarannya.
Mengenai penggunaan www atau non www, kita hanya disarankan untuk memilih salah satu dan konsisten memegangnya. Bing menganggap 301 sebagai cara terbaik untuk redirection, juga menyarankan untuk memasang rel=”nofollow” pada halaman yang kontennya tidak bermanfaat, serta menggunakan robots.txt untuk melarang robot mengunjungi halaman tertentu.
YAHOO
Jika perkembangan teknologi Bing berjalan sesuai rencana mereka, maka anda harus memperhatikan bagaimana teknologi mereka menghadapi duplicate content, demikian pulah halnya dengan Yahoo. Cris Pierry, Sr. Director of Search Yahoo memberikan beberapa tip tambahan.
Pierry mengatakan bahwa URL yang deskriptif ahan dengan mudah dibaca, selain itu perubahan URL bukanlah praktek yang disarankan.Dia juga menyarankan untuk memanfaatkan kanonikal, menghinda ri sensitivitas huruf besar/kecil, serta menghindari penggunaan session ID dan paramenter.
Pierry menyarankan penggunaan sitemap dan mendaftarkannya pada Yahoo Site Explorer. Dia juga menyarankan penggunaan robots.txt untuk meningkatkan indexing serta menggunajan Site Explorer untuk menghapus URL yang ingin anda keluarkan dari indeks Yahoo. Terakhir dia menyarankan untuk menyediakan feeds bagi Yahoo Site Explorer dan melaporkan link spam pada Site Explorer.
Yahoo juga menyatakan bahwa metadata dan SearchMonkey mendukung performa.
Dalam event Search Marketing Expo (SMX) di New York, perwakilan tiga search engine utama yaitu Google, Yahoo, dan Bing memaparkan bagaimana teknologi masing-masing merespon fenomena duplicate content ini.
Sebagai search engine paling populer, cara Google menangani duplicate content sudah banyak menjadi bahan diskusi. Joachim Kupke Sr. seorang software engineer pada tim indexing Google menyatakan bahwa Google memiliki infrastruktur yang komprehensif untuk mengeliminasi content duplication Beberapa diantaranya adalah:
- redirect,
- deteksi pengulangan pola URL,
- konten itu sendiri,
- versi terakhir hasil penjelajahan robot,
- konten dari penjelajahan sebelumnya,
- pembadingan konten antara dua atau lebih penjelajahan robot.
Google menyatakan bahwa sistem pendeteksi elemen link kanonikal miliknya perjalan sangat baik. Sistem yang baru berumur kurang dari setahun ini terus berkembang sangat pesat dan membawa perubahan besar dalam cara Google mendeteksi elemen link kanonikal. Google mengingatkan banyaknya praktek yang salah dengan mengklasifikasikan 404 sebagai kanonikal karena praktek ini justru menyebabkan munculnya link relatif yang tidak semestinya. Penggunaan rel=”canonical” harus dihindari, deminian juga klasifikasi redirect permanen sebagai kanonikal.
Penandaan duplicate content dengan direktif disallow pada robots.txt harus dihindari karena menyebabkan deteksi duplicate content lebih sulit. Selain itu setting disallow 404 juga bukan merupakan praktek yang wajar. Perkecualian ada pada halaman login tanpa konten yang merupakan salah satu tempat dimana robot kemungkinan besar akan meninggalkan website.
Kupke menyatakan bahwa sistem kanonikal bisa berjalan, tetapi memakan waktu lebih banyak. “Sabar saja, pada saatnya kami akan mengikuti arahan kanonikal yang anda berikan”, katanya. Penghapusan bagian dari index yang sudah terekam memakan waktu lebih lama lagi dan menyebabkan duplicate content seperti berjalan dengan baik.
Dalam event SMX kali ini Google mengumumkan rencana implementasi sistem pendeteksi rel=”canonical” antar domain ppada tahun ini juga. Jadi jika Chicago Tribune memiliki artikel pada website New York Time dengan rel=”canonical” merujuk pada Chicago Tribune, maka Google hanya akan memberikan nilai bagi Chicago Tribune saja.
BING
Bing lebih memperhatikan tujuan dalam menangani duplicate content. Jika praktek duplicate content dianggap dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui seaech engine, maka website tersebut akan terkena penalty.
Sasi Parthasarathy, Program Manager Bing menyarankan untuk melakukan konsolidasi berbagai versi konten dalam satu URL saja. “Soal duplicate content, makin sedikit makin baik”, sarannya. Jika memungkinkan, gunakan satu URL untuk setiap pecahan informasi.
Sampai saat ini Bing belum memasukan elemen link kanonikal sebagai faktor penentuan ranking meskipun merencanakan untuk melalukannya di masa yang akan datang. Karena itu meskipun saat ini belum mempengaruhi ranking di Bing, praktek ini tetap disarankan. Bing mendapati peningkatan tajam dalam pemakaian tag kanonikal dalam 6 bulan terakhir sehingga adaptasi sistemnya masih mengalami kendala. Parthasarathy menyatakan 30% tag kanonikal merujuk pada domain yang sama dan 9% menggunakannya untuk merujuk pada domain lain. Situasi ini bisa jadi karena kesalahan biasa atau sesuatu yang disengaja dengan tujuan memanipulasi search engine.
Bing menganggap tag kanonikal sebagai saran, bukan arahan. “Pergunakan dengan bijaksana, bukan sebagai praktek manipulatif”, sarannya.
Mengenai penggunaan www atau non www, kita hanya disarankan untuk memilih salah satu dan konsisten memegangnya. Bing menganggap 301 sebagai cara terbaik untuk redirection, juga menyarankan untuk memasang rel=”nofollow” pada halaman yang kontennya tidak bermanfaat, serta menggunakan robots.txt untuk melarang robot mengunjungi halaman tertentu.
YAHOO
Jika perkembangan teknologi Bing berjalan sesuai rencana mereka, maka anda harus memperhatikan bagaimana teknologi mereka menghadapi duplicate content, demikian pulah halnya dengan Yahoo. Cris Pierry, Sr. Director of Search Yahoo memberikan beberapa tip tambahan.
Pierry mengatakan bahwa URL yang deskriptif ahan dengan mudah dibaca, selain itu perubahan URL bukanlah praktek yang disarankan.Dia juga menyarankan untuk memanfaatkan kanonikal, menghinda ri sensitivitas huruf besar/kecil, serta menghindari penggunaan session ID dan paramenter.
Pierry menyarankan penggunaan sitemap dan mendaftarkannya pada Yahoo Site Explorer. Dia juga menyarankan penggunaan robots.txt untuk meningkatkan indexing serta menggunajan Site Explorer untuk menghapus URL yang ingin anda keluarkan dari indeks Yahoo. Terakhir dia menyarankan untuk menyediakan feeds bagi Yahoo Site Explorer dan melaporkan link spam pada Site Explorer.
Yahoo juga menyatakan bahwa metadata dan SearchMonkey mendukung performa.
No comments:
Post a Comment