Author: Hasan Nasbi
Ada ribuan orang tercerabut dari tempat tinggal mereka akibat ulah perusahan serakah yang lalai. Logisnya, semua kerugian itu diganti oleh perusahan bersangkutan. Namun, mana ada pemodal yang jujur? Tabiat pemodal selalu sama, dan ini berlaku di mana-mana, bahwa dengan modal yang sangat minimal untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Lha, ini untung aja kaga dapat, moso’ mau ngeluarin ongkos ganti rugi yang sangat banyak..gitu..
Sialnya lagi, kejahatan seperti ini dibiarkan oleh negara. Meskipun berapa kali terlihat ada perhatian, tidak lebih hanya sebagai angin surga. Hanya janji-janji, tapi tidak untuk dinikmati di dunia ini.
Bisa juga, perhatian yang diberikan hanya untuk memecah barisan warga yang menjadi korban, sebab, mereka bisa bacok-bacokan sendiri ketika sebagian diberikan kompensasi sementara yang lain tidak. Kepentingan yang beragam di antara warga yang menjadi korban juga bisa menyebabkan mereka ribut dan bunuh-bunuhan sendiri. Hal itu bisa dijadikan alasan si empunya Lapindo untuk berdalih menunda ganti rugi, lha mereka sendiri gak kompak kok!
Kejadian ini bisa berlarut-larut hanya karena negara kita lalai. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai representasi negara pura-pura budek, atau mungkin takut untuk memerhatikan tuntutan warga. Ketakutan pemerintah (atau mungkin sengaja untuk mengabaikan?) presiden sangat kentara mengingat beberapa bencana nasional (Lumpur Lapindo dan tragedi Adam Air) tidak diusut sebagaimana mestinya hanya karena kebetulan disebabkan oleh perusahaan milik petinggi Golkar. Kebetulan lagi, mereka juga memegang posisi penting di republik ini. Padahal, apa susahnya bagi presiden untuk menunjuk hidung salah satu bawahannya agar bekerja keras menyelesaikan hal ini. Kalau tidak beres, sang pejabat itu diganti saja.
Jika sudah carut-marut seperti ini, negara Indoensia, yang diwakili oleh pemerintahan SBY, sudah sangat zalim. Mereka dengan sengaja sudah meniadakan sesuatu yang bisa mengikat warga negara untuk setia. Jika warga negara merasa sudah diabaikan oleh negara, dan hak mereka untuk hidup layak dibiarkan dicabut paksa oleh pihak lain, maka mereka berhak mempertanyakan urgensi kesetiaan terhadap Indoensia, “apakah kami masih warga negara Indonesia”.
Sangat bagus iklan tayangan Republik Mimpi yang mengangkat pernyataan warga korban Lapindo. Dalam tayangan itu diperlihatkan bahwa korban Lapindo akan mencari suaka ke tiga tempat, yaitu AS, Australia, atau Republik Mimpi. Ini adalah sindiran yang sangat tajam. Semacam pembangkangan karena merasa sudah tidak dijamin lagi oleh negaranya. Namun sayang, pemerintah tidak menggunakan kuping sebagaimana mestinya. Kuping pemerintah ditaruh di dekat liang duburnya, sehingga hanya bunyi kentut yang bisa kedengaran.
Saudara-saudara yang menjadi korban Lapindo, camka dalam pikiran kalian semua bahwa kalian berhak untuk marah, sebesar apa pun kemarahan yang kalian miliki. Anda berhak untuk tidak lagi setia kepada republik ini. Kalian berhak untuk tidak lagi menaati aturan main di negara ini. Kalian berhak untuk mencari suaka, kalian berhak memberontak, bahkan, kalian berhak untuk melakukan kekerasan untuk berjuang. Sebab, mungkin hanya dengan itu kalian didengarkan. Berjuang dengan cara baik-baik seringkali tidak tuntas, karena kalian berhadapan dengan iblis yang menjelma di atas dunia. Segala tipu daya dan kelicikan adalah milik mereka, sehingga kalian hanya akan diperdaya.
Hancurkanlah sesuatu yang menurut pemrintah penting. Sabotase tempat yang dianggap strategis. Memang, kalian akan berhadapan dengan polisi, mungkin juga tentara, atau kelompok preman yang dibayar oleh iblis, atau turunan iblis. Tetapi, barangkali hanya dengan itu bola salju bisa digulirkan. Bila bola salju sudah bergulir, apa pun akan dilindas. Kalian butuh martir yang mati untuk perjuangan ini, karena orang Indonesia itu cuek, dan terlalu sibuk memikirkan kebutuhan hidup mereka masing-masing. Kalian tidak akan jadi bahan perhatian sebagaiman mestinya sebelum ada sesuatu yang luar biasa. Mungkin satu atau dua kematian bisa memancing simpati buat kalian. Selamat berjuang saudaraku.
Unek-unek hari Rabu, 24 April 2007
Ada ribuan orang tercerabut dari tempat tinggal mereka akibat ulah perusahan serakah yang lalai. Logisnya, semua kerugian itu diganti oleh perusahan bersangkutan. Namun, mana ada pemodal yang jujur? Tabiat pemodal selalu sama, dan ini berlaku di mana-mana, bahwa dengan modal yang sangat minimal untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Lha, ini untung aja kaga dapat, moso’ mau ngeluarin ongkos ganti rugi yang sangat banyak..gitu..
Sialnya lagi, kejahatan seperti ini dibiarkan oleh negara. Meskipun berapa kali terlihat ada perhatian, tidak lebih hanya sebagai angin surga. Hanya janji-janji, tapi tidak untuk dinikmati di dunia ini.
Bisa juga, perhatian yang diberikan hanya untuk memecah barisan warga yang menjadi korban, sebab, mereka bisa bacok-bacokan sendiri ketika sebagian diberikan kompensasi sementara yang lain tidak. Kepentingan yang beragam di antara warga yang menjadi korban juga bisa menyebabkan mereka ribut dan bunuh-bunuhan sendiri. Hal itu bisa dijadikan alasan si empunya Lapindo untuk berdalih menunda ganti rugi, lha mereka sendiri gak kompak kok!
Kejadian ini bisa berlarut-larut hanya karena negara kita lalai. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai representasi negara pura-pura budek, atau mungkin takut untuk memerhatikan tuntutan warga. Ketakutan pemerintah (atau mungkin sengaja untuk mengabaikan?) presiden sangat kentara mengingat beberapa bencana nasional (Lumpur Lapindo dan tragedi Adam Air) tidak diusut sebagaimana mestinya hanya karena kebetulan disebabkan oleh perusahaan milik petinggi Golkar. Kebetulan lagi, mereka juga memegang posisi penting di republik ini. Padahal, apa susahnya bagi presiden untuk menunjuk hidung salah satu bawahannya agar bekerja keras menyelesaikan hal ini. Kalau tidak beres, sang pejabat itu diganti saja.
Jika sudah carut-marut seperti ini, negara Indoensia, yang diwakili oleh pemerintahan SBY, sudah sangat zalim. Mereka dengan sengaja sudah meniadakan sesuatu yang bisa mengikat warga negara untuk setia. Jika warga negara merasa sudah diabaikan oleh negara, dan hak mereka untuk hidup layak dibiarkan dicabut paksa oleh pihak lain, maka mereka berhak mempertanyakan urgensi kesetiaan terhadap Indoensia, “apakah kami masih warga negara Indonesia”.
Sangat bagus iklan tayangan Republik Mimpi yang mengangkat pernyataan warga korban Lapindo. Dalam tayangan itu diperlihatkan bahwa korban Lapindo akan mencari suaka ke tiga tempat, yaitu AS, Australia, atau Republik Mimpi. Ini adalah sindiran yang sangat tajam. Semacam pembangkangan karena merasa sudah tidak dijamin lagi oleh negaranya. Namun sayang, pemerintah tidak menggunakan kuping sebagaimana mestinya. Kuping pemerintah ditaruh di dekat liang duburnya, sehingga hanya bunyi kentut yang bisa kedengaran.
Saudara-saudara yang menjadi korban Lapindo, camka dalam pikiran kalian semua bahwa kalian berhak untuk marah, sebesar apa pun kemarahan yang kalian miliki. Anda berhak untuk tidak lagi setia kepada republik ini. Kalian berhak untuk tidak lagi menaati aturan main di negara ini. Kalian berhak untuk mencari suaka, kalian berhak memberontak, bahkan, kalian berhak untuk melakukan kekerasan untuk berjuang. Sebab, mungkin hanya dengan itu kalian didengarkan. Berjuang dengan cara baik-baik seringkali tidak tuntas, karena kalian berhadapan dengan iblis yang menjelma di atas dunia. Segala tipu daya dan kelicikan adalah milik mereka, sehingga kalian hanya akan diperdaya.
Hancurkanlah sesuatu yang menurut pemrintah penting. Sabotase tempat yang dianggap strategis. Memang, kalian akan berhadapan dengan polisi, mungkin juga tentara, atau kelompok preman yang dibayar oleh iblis, atau turunan iblis. Tetapi, barangkali hanya dengan itu bola salju bisa digulirkan. Bila bola salju sudah bergulir, apa pun akan dilindas. Kalian butuh martir yang mati untuk perjuangan ini, karena orang Indonesia itu cuek, dan terlalu sibuk memikirkan kebutuhan hidup mereka masing-masing. Kalian tidak akan jadi bahan perhatian sebagaiman mestinya sebelum ada sesuatu yang luar biasa. Mungkin satu atau dua kematian bisa memancing simpati buat kalian. Selamat berjuang saudaraku.
Unek-unek hari Rabu, 24 April 2007
No comments:
Post a Comment