Home Daftar Isi

Membaca Ulang Tentang Lenin (Resensi Buku)

Author: Hasan Nasbi

Ada sebuah buku menarik (tahun terbitnya 2004, wah dah lama juga..he..he) yang sebenarnya menantang para peminat pemikiran kiri untuk berdiskusi lebih lanjut tentang marxisme secara umum atau komunis-Leninisme secara khusus. Buku tersebut tidak terlalu tebal, dan bisa ditamatkan dalam satu hari. Bahasanya sederhana dan mudah dicerna namun tetap punya bobot yang signifikan. Oleh penulisnya, buku tersebut diberi judul “Lenin, Revolusi Oktober 1917”. Di bawah judul tersebut terselip beberapa kalimat yang dicetak tidak begitu besar “Sanggahan Terhadap Pemikiran Romo Magnis”. Mungkin yang dimaksud adalah sanggahan terhadap tulisan Magnis tentang Lenin yang berjudul “Dalam Bayangan Lenin”. Oleh karena ketidaksepakatan dengan beberapa pendapat dalam tulisan Magnis tersebut, maka di dalam buku ini ditambahkan sebuah BAB khusus sebagai pertimbangan bagi Romo Magnis.

Anak judul buku di atas memang terkesan terlalu provokatif. Meski memang tidak sedramatis itu, namun memang dua orang penulis muda tersebut telah malakukan pembelaan terhadap Lenin dan melakukan sebuah debat dengan tulisan yang pernah ditulis oleh Romo Magnis. Namun, tidak ada yang salah dari hal tersebut. Bahkan justru memacu para peminat studi pemikiran dan filsafat untuk membaca dan berdiskusi lebih banyak lagi. Buku yang ditulis oleh dua orang muda yang sebenarnya belatar belakang pergerakan Islam (Eko Prasetyo berasal dari HMI dan Saiful Arif berasal dari PMII) mungkin bisa cukup obyektif dalam menganalisa seorang tokoh komunis seperti Lenin. Bagaimanapun umat Islam di Indonesia pernah memiliki trauma besar terhadap gerakan komunis, namun kejujuran intelektual tentu tidak bisa disingkirkan hanya gara-gara dendam masa lalu. Lenin, sebuah sosok yang pernah menggemparkan dunia, namun menurut keduanya, telah disalahpahami banyak orang bahkan oleh pakar sekelas Romo Magnis. Dalam rangka meletakkan bandul analisa pada posisi yang setimbang (adil), maka dua orang muda tersebut menyatukan kekuatan dan fikiran untuk menulis sebuah buku, khususnya dalam menghadapi perdebatan intelektual dengan Romo Magnis.

Lenin, Aktifitas dan Pemikirannya

Lenin adalah orang yang pertama kali melakukan praksis terhadap teori-teori Marx. Ia adalah pembentuk sekaligus pencetus sebuah negara yang diakuinya sebagai perwujudan dari teori Marx yang murni. “Ajaran Marx yang murni” adalah klaim dari Lenin dalam bukunya Negara Dan Revolusi. Lenin mengungkapkan bahwa perkembangan gerakan sosialis telah memunculkan elemen yang ia sebut sebagai sosialis-chauvisnis dan kaum oportunis yang mendominasi di dalam partai-partai sosialis resmi. Mereka yang dituding sebagai tokoh sosialis chauvinis dan kaum oportunis adalah Plekhanov, Potresov, Breshkovskaya, Rubanovic dan kaum Fabian di Inggris. Orang yang paling bertanggungjawab terhadap munculnya kaum “menyimpang” itu adalah pendiri Internasionale II yaitu Karl Kautsky. Lenin mengaku bahwa yang dibawa oleh dirinya adalah yang mendekati benar dan lurus.

Lenin lahir di kota Simbrisk pada tahun 1870 atau satu tahun sebelum terjadinya pemerintahan eksperimen Komune Paris. Nama kecilnya adalah Valdimir Ilyich Ulyanov, namun dalam pelarian dan pembuangan ia lebih sering menyebut nama sebagai Lenin. Ia merupakan keturunan kelas menengah Rusia. Ibunya seorang ahli bedah sementara ayahnya adalah seorang direktur sekolah umum di Simbrisk. Lenin menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Kazan atas rekomendasi dari Feodor Karensky, ayah dari Alexander Karensky, perdana menteri pemerintahan revolusi Menshevik yang dikemudian hari digulingkan oleh Lenin melalui Revolusi Oktober 1917.

Karir aktivis Lenin sudah dimulai sejak masa kuliah. Ia terinspirasi oleh kakaknya, Alexander Ulyanov, aktivis Narodnaya Volya yang kemudian tewas secara tragis pada usia muda. Alexander merupakan kakak sekaligus idola bagi Lenin. Ia dijatuhi hukuman mati pada usia 19 tahun oleh pemerintahan Tsar karena Narodnaya Volya adalah sebuah seksi teroris yang merencanakan pembunuhan terhadap Tsar.

Lenin kuliah di universitas Kazan tidak sampai satu tahun. Ia dari awal sudah terlibat menjadi aktivis demonstrasi yang menentang Tsar. Ia kemudian ditangkap dan diasingkan di sebuah desa terpencil. Ia dikeluarkan dari universitas Kazan dan akhirnya harus melanjutkan kuliah di universitas St. Petersburg. Tahun 1891 Lenin lulus sebagai sarjana Hukum.

Lenin mengorganisir gerakan marxis pertama kali di kota Samara. Tahun 1893 ia pindah ke St. Petesburg dan diangkat menjadi pemimpin gerakan marxis di kota tersebut. Selama karir aktivisnya, Lenin banyak menghasilkan tulisan, baik itu berupa terjemahan terhadap tulisan Marx dan Engels, maupun hasil berfikirnya sendiri terhadap keadaan revolusi dan perjuangan kaum marxis di Rusia. Begitu banyaknya tulisan yang dihasilkan Lenin dikarenakan keyakinannya bahwa sebuah revolusi hanya bisa lahir dari teori-teori revolusi.

Lenin naik memegang tampuk pimpinan negara Rusia setelah pada bulan Oktober 1917 ia berhasil menggulingkan pemerintahan sosial demokrat pimpinan Karensky. Lenin dengan kelompok Bolsheviknya berhasil menumbangkan golongan Menshevik yang pada awalnya merupakan rekan satu perjuangan dalam revolusi 1905.

Sebelum melakukan revolusi Oktober, Lenin telah menyelesaikan karyanya dalam pembuangan yaitu Negara Dan Revolusi (State And Revolution). Buku ini adalah pengembangan gagasan Marx yang menjadi panduan praksis dalam membangun negara komunis. Jika ingin membahas negara seperti yang diinginkan Lenin, maka buku inilah yang menjadi referensi utama.

Secara filosofis, Lenin adalah pengikut setia Marx. Lenin adalah orang yang juga melihat negara sebagai negara kekuasaan. Negara adalah organ kekuasaan kelas atas. Pada saat ia hidup, negara diterjemahkan sebagai perwujudan kekuasaan kelas feodal dan kelas borjuis terhadap kelas tani dan pekerja. Meskipun negara dianggap sebagai organ penindas bagi kelas bawah, namun Lenin tidak pernah bercita-cita untuk melenyapkan negara, karena sesuai dengan doktrin Marx, negara tidak bisa dilenyapkan. Negara akan tetap ada selama masih terdapat pertentangan kelas. Negara hanya bisa melenyap dengan sendirinya ketika kondisi sudah disiapkan sedemikian rupa sehingga masyarakat tidak lagi butuh negara. Berdasarkan filosofi tersebut, maka yang dilakukan oleh Lenin adalah menyiapkan sebuah kondisi dimana masyarakat masuk ke dalam tahapan lepas dari kontradiksi kelas sehingga lambat laun negara kehilangan relevansinya.

Masyarakat bisa terlepas dari kontradiksi kelas dengan cara memaksakan kekuasaan kelas proletar atas kelas borjuasi. Diktatur proletariat dilaksanakan dalam rangka memaksa masyarakat untuk hidup dalam satu kelas saja yaitu kelas proletar. Dengan demikian pertentangan antar kelas dapat dilenyapkan. Dan selama proses diktatur proletariat, eksistensi negara tetap dibutuhkan sebagai sarana untuk menyiapkan masyarakat masuk ke dalam tahapan komunisme.

Bentuk negara yang tetap dipakai pada masa sosialisme adalah negara yang benar-benar menghilangkan sifat negara borjuasi. Belajar dari komune paris, Lenin berfikir bahwa semua suprastruktur borjuasi harus dilenyapkan, karena kalau tidak dilakukan akan memberikan kesempatan bagi kaum borjuasi mengorganisir diri dan bangkit kembali melawan kekuasaan proletariat.

Oleh sebab itu, negara yang digagas oleh Lenin adalah negara yang menghilangkan dua ciri utama negara borjuasi, yaitu parlemen dan tentara reguler. Parlemen dihilangkan karena hanya menjadi tempat orang berbicara namun tidak bekerja. Mereka adalah kelas penganggur yang harus dibiayai oleh negara. Pemisahan kekuasaan antara legislatif dan esekutif dalam negara berjuis menyebabkan terjadinya kepincangan antara pembuat kebijakan dengan pelaksana kebijakan. Adanya parlemen juga mengakibatkan munculnya elit kekuasaan yang terpisah dari masayarakat. Tentara reguler juga harus diganti dengan milisi rakyat atau rakyat yang bersenjata. Tentara reguler berbahaya karena kemudian bisa menjadi alat bagi kaum yang memiliki harta, kekayaan ataupun modal, sehingga bisa diperalat untuk membela kepentiangan kaum yang memiliki uang. Oleh karena harus mendirikan sebuah negara yang menghilangkan sifat borjuasi, maka di sinilah letak peran Lenin dalam memeras otak memikirkan wujud nyata sebuah negara yang bisa menghilangkan sifat kemodalan. Pada titik ini Lenin melangkah maju mencoba menurunkan teori Marx yang sarat dengan prinsip-prinsip umum menjadi lebih praktis.

Yang pertama kali dilakukan oleh Lenin setelah memegang tampuk kepemimpinan revolusi adalah membubarkan birokrasi, parlemen dan tentara reguler. Pemerintahan dan parlemen digantikan oleh kongres rakyat dan tentara reguler digantikan oleh tentara merah yang merupakan milisi bersenjata dari rakyat pekerja.

Lenin tetap memegang prinsip demokrasi secara umum dimana ia tidak menghilangkan sistem perwakilan dan pemilihan. Hanya saja wujud lembaganya sangat berbeda dari wujud lembaga demokrasi yang lazim ditemukan di negara liberal. Parlemen dan birokrasi dibubarkan supaya tidak ada bermacam-macam partai yang kemudian memecah masyarakat ke dalam berbagai kekuatan politik. Kekuatan politik hanya satu, yaitu organisasi partai komunis.

Pemilihan dan perwakilan dilakukan dalam organisasi. Masyarakat membentuk pemerintahan sendiri dalam kongres-kongres rakyat (soviet). Kongres rakyat ini dimulai dari tingkat paling bawah sampai ke tingkat negara. Dalam kongres rakyat inilah diatur segala program dan solusi bagi permasalahan rakyat. Di arena ini mereka berdiskusi dan berdebat, namun harus patuh pada setiap hasil keputusan kongres baik yang diperoleh secara aklamasi maupun secara voting. Di dalam kongres pula kemudian dipilih beberapa orang wakil rakyat yang akan duduk di komite eksekutif atau komite sentral sebagai pelaksana harian kongres guna mengurus jalannya program pemenuhan kebutuhan masyarakat. Anggota komite sentral atau komite eksekutif adalah bagian dari masyarakat pekerja, dan tidak terlepas dari masyarakat. Mereka tidak punya jabatan khusus yang kemudian memisahkan mereka dari masyarakat. Mereka setiap saat dapat diganti ketika masyarakat sudah tidak setuju lagi. Para anggota komite sentral maupun komite eksekutif hanya memperoleh gaji tidak lebih dari gaji seorang buruh terampil, dan dengan demikian mereka tetap hidup membaur dengan masyarakat pekerja.

Meskipun mengklaim diri sebagai pelaksana gagasan Marx yang murni, namun sesungguhnya Lenin telah melakukan beberapa hal yang berbeda dari ajaran Marx. Pertama, Lenin menjalankan revolusi di negara Russia yang belum mencapai puncak industrialisasi seperti Inggris dan Jerman. Lenin menunjukkan, ramalan Marx bahwa revolusi proletar pertama kali akan meletus di Eropa Barat justru bisa terjadi di negara yang masih muda industrinya. Ketika Inggris dan Jerman sudah menjadi negara yang bersandar sepenuhnya terhadap kapital, pada saat yang sama kelas feodal agraris di Rusia justru masih cukup kuat. Ini dapat dikatakan sebagai adaptasi gagasan Marx dalam konteks keadaan sosial dan keadaan produksi Rusia.

Kedua, Marx hanya menyatakan bahwa revolusi tersebut dilakukan oleh satu kelas yaitu proletar yang terdiri dari pekerja industri. Lenin, sesuai dengan kondisi Rusia, meletakan revolusi di pundak kelas tani dan pekerja yang kemudian diidentifikasi sebagai proletar. Ini sangat berbeda dengan Marx yang menganggap bahwa Rusia dengan keadaannya yang masih kental dengan sektor agraris sebagai daerah paling reaksioner pada saat itu.

Dengan keadaan yang berbeda dengan apa yang dibayangkan oleh Marx, maka jalan revolusi Lenin juga agak berbeda hasilnya. Ketika sebuah diktatur proletariat harus menumpas kelas borjuasi dan kelas lain yang berbeda dari kelas proletar, maka Lenin waktu itu harus realistis. Berada dalam kepungan negara kapitalis, mau tidak mau Rusia juga harus memacu kemajuan industrinya agar tidak terjepit oleh tekanan kapital dan industri luar negeri. Untuk membangun ekonominya, Lenin terpaksa membiarkan sebagian sektor ekonomi kembali dikuasai oleh individu-individu kaya serta kembali mempekerjakan tenaga ahli dengan bayaran besar.

Kelemahan dan Kelebihan Buku Ini.

Buku ini ditulis oleh dua orang. Sepertinya memang ditulis secara terpisah oleh dua orang tersebut. Ketika membaca BAB IV pembaca akan segera dapat merasakan gaya bahasa dan penulisan yang berbeda dari BAB sebelumnya. Oleh sebab itu maka wajar bila terdapat beberapa pengulangan informasi yang barangali tidak diperlukan.

Bagi orang yang sudah sering membaca literatur kiri ataupun sejarah tentang Russia, mungkin tidak banyak informasi baru mengenai Lenin yang didapatkan dalam buku ini. Sebagian besar dari BAB buku tersebut membicarakan sejarah dan, pemikiran dan beberapa tindakan Lenin yang sudah lazim diketahui. Hanya saja, buku tersebut kemudian berupaya medudukkannya pada konteks zaman dimana Lenin berada dan menghindari mengukurnya dari ukuran-ukuran zaman sekarang.

Buku ini kemudian memiliki nilai tambah yang besar ketika mereka memasukkan BAB V perihal melihat Lenin secara lebih adil. Keseluruhan isi BAB ini merupakan perdebatan dengan buku Romo Magnis. Sepertinya BAB ini dibuat lebih belakangan dari Bab lainnya, karena dari bahasa dan bobot isinya jauh berbeda. Dalam Bab ini kita akan hanyut oleh sebuah perdebatan dan dengan argumentasi yang sangat bagus bagi ukuran penulis muda. Sinergi antara kedua penulis terasa dalam BAB ini untuk menghadapi argumentasi Magnis terhadap tokoh Lenin. Kedua penulis mencoba meluruskan jurus zigzag Magnis yang memuji lenin dalam satu halaman tertentu namun kemudian menjatuhkannya pada beberapa halaman lainnya. Walaupun berbeda “kesaktian” dalam hal gelar akademik, namun tulisan dalam buku ini sungguh bisa membuat Romo Magnis maupun orang lain mengkaji ulang pendapatnya terhadap Lenin. Kecuali, bagi orang-orang yang sudah beku akalnya, sehingga enggan mendialektikaan sebuah gagasan.

Jika dibaca, meski oleh orang yang fanatik dengan agama sekalipun, niscaya buku ini tidak merusak bagi siapapun. Toh, tidak ada seruan untuk mengikuti atau provokasi untuk membenci tokoh seperti Lenin dan ajaran komunis secara umum.


Share On:

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment